Translate

Minggu, 12 Mei 2013

Mengapa Aku Cenderung Memilih Henna Instant

Sebenarnya tulisan ini hanya berdasarkan dari pengalaman pribadiku sebagai newbie dalam dunia "henna artist". Lupa sejak kapan aku tertarik terhadap henna namun aku mulai berani memasang henna pada tahun 2010, namun karena profesi utamaku sebagai pegawai negeri maka memasang henna pengantin hanya ku lakukan disaat aku memiliki waktu senggang. Walaupun begitu alhamdulillah "Studio Henna"ku (karena sebenarnya basic ku planologi yang notabene kuliah penuh dengan tugas "STUDIO" maka ku gunakan kata Studio sebagai salah satu bentuk penghargaanku terhadap pendidikanku hehehehe..) tetap eksist sampai sekarang berkat partnert kerjaku (henna artist juga, namun beliau hanya jasa dan menggunakan bahan/alat/hennaku) yang selalu gigih mencari customer. 

Di sini, di kota kelahiranku tercinta "Bengkalis" yang termasuk dalam wilayah administrasi Provinsi Riau dengan mayoritas penduduk bersuku melayu henna (Inai sebutan warga setempat) merupakan hal yang tidak asing, hanya saja pengaplikasiannya yang masih "cara lama". Menurutku kehadiran studio henna adalah pionir dari lahirnya henna artist yang profesinal di sini, dalam arti hasil bagus dan bayarannya juga. hehehhe.. intinya pionir bisnis perhenaan gitu deh.. 

Pada awal perjalanannya, aku selalu memasang fresh henna/henna natural berasal dari daun henna kepada pengantin. awalnya aku menggunakan fresh henna/henna natural yang sudah diracik oleh penjualnya melalui online shop. Sejalan dengan pengalaman dan rasa ingin tahuku sehingga aku selalu mencari informasi mengenai henna maka alhamdulillah pada akhirnya aku berhasil meracik henna natural sendiri. Namun timbul permasalahan, kebiasaan disini ada ritual "berinai curi" yaitu pemasangan inai/pacar/henna kuku kedua pengantin dengan cara adat, yang biasanya dilakukan 1 malam sebelum akad nikah. Karena akan aneh disini jika sebelum ritual berinai curi tangan dan kaki calon mempelai sudah penuh dengan ukiran henna. Sementara aku sendiri dengan keterbatasanku sekarang sebagai ibu dengan 2 orang balita tidak bisa meninggalkan anak lebih dari jam 9 malam. jadi sangat sulit bagiku untuk memasang henna pada malam saat setelah ritual "berinai curi". Biasanya calon pengantin wanita di sini hanya memiliki waktu senggang keesokan harinya mulai jam 6 pagi hingga waktu zuhur karena biasanya setelah itu calon pengantin akan ada jadwal "berandam" yaitu acara tepung tawar oleh ibu-ibu dan dilanjutkan dengan cukuran sehingga pada saat ini seharusnya urusan henna menghenna sudah clear. Oleh karena waktu yang sangat singkat itu, biasanya aku start pasang henna jam 7 pagi, makanya aku lebih cenderung menggunakan henna instant yang tentunya aman untuk kulit pada umumnya, karena akan tidak cukup waktu jika menggunakan fresh henna yang kita ketahui butuh waktu yang lebih lama agar warna meresap dan butuh waktu yang lebih lama lagi (hingga 48 jam) agar warna timbul dengan sempurna.

Namun sebelumnya aku akan menjelaskan kepada pengantin bahwa yang ku gunakan ini adalah henna instant dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dan biasanya mereka hanya bilang "terserah mana baiknya" nah kalo jawaban yang begini biasanya aku jadi bingung, namun ada juga yang menjawab "yang instant aja mbak, lebih praktis, cepat dan gampang hilangnya" nah kalo jawaban seperti ini aku sangat lega. hehehhe.... hanya satu yang sering ku pesan kepada para customers tercinta yaitu "hindari henna yang berwarna hitam" or "BLACK HENNA" karena bla bla bla... (para pecinta henna dan henna artis pasti juga tau lah...) dan aku sendiri punya pengalaman yang sangat "bodoh" menurutku tentang henna hitam / black henna, di postingan berikutnya insyaAllah akan ku ceritakan kebodohan ku ini.. :'(... hiks...hiks...

Begitulah ceritanya kenapa pada saat ini aku lebih cenderung menggunkan henna instant, dan aku berharap suatu saat nanti aku bisa kembali menggunakan fresh henna hasil racikanku sendiri, sehingga baru layak dikatakan "henna artist" menurutku. Berikut beberapa contoh hasil karyaku